Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium,
Papaver somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium,
termasuk morfin. Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu
preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya
menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain
atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin
(diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone
(Dilaudid).
EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN :
Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat
berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan
pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan
hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan
penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas
seksual, kematian karena overdosis.
GEJALA INTOKSITASI (KERACUNAN) OPIOID :
Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena
anoksia akibat overdosis berat ) dan satu ( atau lebih ) tanda berikut,
yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu
mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat.
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis
yang bermakna secara klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apatis,
disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan,
atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan ) yang berkembang selama,
atau segera setelah pemakaian opioid.
GEJALA PUTUS OBAT :
Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai
delapan jam setelah dosis terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu
sampai dua minggu pemakaian kontinu atau pemberian antagonis narkotik.
Sindroma putus obat mencapai puncak
intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7
sampai 10 hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama
enam bulan atau lebih lama.
GEJALA PUTUS OBAT DARI KETERGANTUNGAN OPIOID ADALAH :
kram otot parah dan nyeri tulang, diare
berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi
pupil, hipertensi takikardia disregulasi temperatur, termasuk
pipotermia dan hipertermia.
Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang
meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit
fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung.
Gejala residual seperti insomnia,
bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap
selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma
abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan
semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan,
iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar